R A W A P A D A

Saling berbagi dan merawat kehidupan

Archive for the category “Catatan”

Belajar Dari Krisis Cinta

18072009334Tersebutlah satu kisah kehidupan dua sosok manusia dalam sebuah peristiwa parodi, yang akan menjadi perjumpaan kita pada kesempatan tulisan saya kali ini.

Sebut saja dua manusia itu Pam dan Budi, adalah dua orang petani yang tinggal berdekatan disebuah perkampungan ramai. Walaupun sama-sama petani dan hidup bertetangga, sikap keduanya sangat jauh berbeda. Satu sore, sapi kepunyaan Pam menyenggol pagar kebun Budi, hingga beberapa batang pohon jagung roboh.

Sebenarnya hanya kejadian kecil,dan Pam sudah meminta maaf serta memperbaiki kerusakan itu. Namun, sikap negatif yang dimiliki Budi membuatnya yakin bahwa tetangganya itu sengaja menyuruh sapi-sapinya merusak kebun, karena iri dengan tanamannya yang lebih subur. Baca selengkapnya…

Terima Kasih dan Penghargaan

award2 “Terima kasih Dika”, adalah kata-kata sederhana yang saya sampaikan kepada seorang sobat di dunia maya ini, yang sudah memberikan sebuah penghargaan.  Dan saya berharap Dika yang tak pernah saya kenal itu, pun tetap memiliki impian dan motivasi untuk terus berkarya dan menulis.

Terima kasih, salah satu cara yang paling sederhana tapi efektif dalam menjalin hubungan, adalah melalui pernyataan rasa terima kasih dan penghargaan. Ungkapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tidak dibuat-buat memberikan dampak yang besar bagi orang yang menerimanya. Baca selengkapnya…

Selamat Jalan Dua Sahabat Lama

Adalah teman anda, sahabat kita, dua sahabat yang menjadi legenda, dua titipan Sang Pencipta.

Sahabat kita yang pertama Mbah Surip, diakhir hayat adalah sosok tua yang berhasil menjadi ikon kejujuran bagi masyarakat. Tanpa sadar orang mengelu-elukan dia, bukan karena faktor lagunya semata atau penampilannya yang nyentrik. Masyarakat sebenarnya lebih tertarik pada penampilan mbah surip yang apa adanya. Jujur dan tidak terkesan mengada-ada.

Meski kejujurannya tersebut, mbah Surip terkesan ngomongannya ngelantur dan sulit dipegang. Tetapi orang tidak peduli tentang omongan itu. Ia tidak terjebak pada kemapanan status menjadi selebritis baru, ketika penampilan sederhananya ternyata mampu menghasilkan rupiah. Ia tetap seperti yang dulu, sebagai seniman yang kental dengan kerakyatan.

Lalu sahabat kita yang kedua W.S. Rendra, penyair yang dijuluki “Si Burung Merak” Akibat sakit, Rendra tidak mengikuti prosesi pemakaman sahabatnya, Mbah Surip yang dimakamkan di Bengkel Teater yang dikelolanya, ia langsung menyusul sahabatnya untuk menghadap sang Pencipta.

Pada Tahun 1996, saya merasa beruntung ketika saya mendapatkan kesempatan mengenal langsung mas Willy (Rendra ) pada waktu itu dari Yayasan Komunikasi Masyarakat PGI ( Yakoma ) asuhan Bapak Indra Nababan dan Arthur J Horoni ( Dramawan & mantan Bengkel Muda Surabaya tahun 70-an) mengirim beberapa perwakilan pemuda gereja untuk mempelajari dasar Teater di bengkel Teater Rendra Cipayung Depok.

Saya bertatapan langsung dengan beliau dan mendengarkan pengalaman berharganya, ia bercerita bagaimana caranya merekrut anak asuhannya yang kebanyakan dari komunitas “orang terbuang” atau kaum muda jalanan, untuk dididik dibengkel teaternya dan mampu mandiri menjadi seniman yang berkualitas.

Dalam mengikuti proses latihan di padepokan Rendra, saya mengamati di area tanah padepokan milik Rendra yang luas itu, anak asuhannya tak hanya belajar tentang teateral, tetapi mereka diajarkan berkebun, memelihara ikan, bercocok tanam dan hasilnya itulah yang mereka makan dalam hidup sehari-hari. Penuh dengan kesederhanaan.

Anak asuhan yang kini ditinggal sang Legenda itu, saya selalu menempatkan diri untuk berdiskusi pada saat istirahat latihan. Mereka hidup sebagai seniman yang peka terhadap kerendahan hati dan kesederhanaan. Tidak bermegah diri, dan memang ingin menjalani kehidupan apa adanya.

Itulah mengapa menurut saya, kedua sahabat lama kita itu, begitu dicintai oleh masyarakat luas. Dedikasi mereka tak terjebak pada popularitas, tetapi bagaimana menjadi setia dalam seni dan memberi peran kepada orang lain, agar keberadaannya menjadi keberadaan kita pula, dan dua sahabat itu sudah membuktikannya.

Selamat Jalan dua Sahabat Lama…

Menjadi Sayap Bagi Orang Lain

kupu - kupuPernahkah anda kesepian ? Bagaimana suasana hati anda ketika itu? Kelabu dan dingin? Lalu bayangkan, dalam suasana begitu, tiba-tiba seseorang hadir dan membuat hati anda hangat dan bahagia. Rasanya wow…sungguh menyenangkan.

Kalau ada seseorang yang istimewa menyentuh kehidupan kita, maka tiba-tiba kita akan melihat betapa sebenarnya dunia bisa menjadi sangat indah dan berarti.

Orang lain menunjukkan kepada kita bahwa harapan dan impian khusus kita bisa membawa kita jauh-jauh, dengan membantu kita melihat kedalam dan mempercayai siapa diri kita. Kalau orang yang istimewa itu menyentuh kehidupan kita, maka mereka mengajarkan bagaimana caranya hidup.

Hubungan yang terjalin harusnya memang seperti itu. Karena kita adalah “malaikat-malaikat dengan satu sayap”. Untuk bisa terbang kita membutuhkan orang lain dan demikian pula sebaliknya. Membuat diri kita menjadi saluran berkat bagi seseorang, senyuman yang tulus dan tepukan dibahu, mungkin bisa menarik seseorang dari tepi jurang, daripada tendangan keras di pantat (maaf).

Sampai kapan pun manusia tidak pernah bisa hidup sendiri, karena sejak awal manusia dikondisikan untuk hidup berkomunikasi. Anda dan saya membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan anda.

Bukan hanya untuk menunjukkan kelebihan, namun juga untuk menunjukkan kelemahan anda. Anda memerlukan orang lain untuk membantu mewujudkan mimpi besar yang anda miliki. Orang lain memerlukan anda untuk mengasah sikap dan memperkaya pola pikirnya.

Kalau ini menjadi maksud dari sebuah hubungan, maka hubungan yang terjalin seharusnya memiliki nilai lebih. Ini berarti bukan hanya sekedar Say Hello, namun terciptanya sebuah hubungan yang mampu memberikan pengaruh. Sehingga pada akhirnya perubahan (yang positif tentunya) terjadi pada orang dengan siapa kita menjalin hubungan.

Menjadi Sayap Bagi Orang Lain

Susahkah menjadi sayap bagi orang lain ? Bisakah kita menjadi “alat Bantu” untuk orang-orang disekitar kita ? Yang terpenting adalah, jadikan diri kita sebagai sahabat bagi orang lain terlebih dahulu, maka sahabat akan mudah ditemukan. Sediakanlah telinga yang mau mendengar, dan hati yang mau memahami, serta tangan yang siap menolong, kita pasti akan tercengang melihat akibat yang ditimbulkannya.

Milikilah kasih dan kebaikan hati. Karena hanya inilah bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli, dan yang dapat dilihat oleh orang buta. Hanya kasih dan kebaikan hati yang dapat menjembatani setiap perbedaan yang ada. Itu semua berada dalam keputusan yang akan kita buat pada hari ini juga.

Pambudi Nugroho

Navigasi Pos